0

Di kelebatan hutan Ujung Kulon, terdapat padang rumput yang sangat luas. Padang rumput terhampar di tengah hutan, dikelilingi pohon-pohon Rasamala berusia ratusan tahun. Padang rumput itu merupakan tempat mencari makan bagi rusa dan hewan pemakan rumput yang lain.

Di padang hijau nan subur itu tinggallah sekawanan rusa. Diantara mereka terdapat seekor rusa jantan yang istimewa. Rusa itu bernama Ruso. Semua hewan dengan mudah mengenali Ruso lantaran tanduknya yang berwarna kuning, berkilau keemasan memantul sinar matahari.
Ruso memang rusa jantan muda yang istimewa. Tanduknya indah, panjang dan gagah. Ruso berbeda dengan rusa jantan lainnya. Ruso kemudian menjadi hewan paling terkenal di seluruh penjuru hutan.

"lihatlah tanduk emasku ini. Tanduk jenis ini hanya ada satu di dunia, yaitu milikku. Apa kalian pernah melihat tanduk semacam ini ? Pasti tidak," ujar Ruso kepada hewan-hewan lainnya. Hewan-hewan lain mengiyakan, tertegun, terkagum-kagum. Mereka mengakui jika tanduk Ruso memang luar biasa indah. Bahkan yang paling indah dari yang pernah mereka lihat. 

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tanduk Ruso semakin panjang melengkung indah. Namun sayang, tanduknya yang semakin indah membuat sikap Ruso kian berubah. Ruso yang dulunya ramah, kini berubah jadi sombong. Ruso merasa berbeda dari rusa yang lain. Ruso bahkan merasa istimewa dibanding seluruh penghuni hutan. Ya, Ruso merasa lebih tinggi derajat dan kedudukannya lantaran memiliki tanduk emas yang istimewa.

"aku ini ciptaan Tuhan yang istimewa, pasti berbeda dengan hewan-hewan lainnya. Harimau saja tak berani menyentuhku lantaran takut. Dia takut terkena tandukanku yang sakti," demikian Ruso menyombongkan tanduknya.

Setiap pagi, ketika binatang-binatang berkumpul di tengah padang, Ruso memilih menyendiri dan berdiri di atas gundukan tanah. Ruso mendongakkan kepala tinggi-tinggi, membiarkan sorot matahari jatuh menyinari tanduknya. Seketika cahaya cemerlang kekuningan menyebar, membuat seluruh binatang berdecak kagum menyaksikan keindahan tanduk milik Ruso.

Di suatu pagi, seperti biasa Ruso berdiri di atas gundukan tanah. Rasa sombong memenuhi dadanya.
"mereka seperti tak henti-hentinya mengagumi keindahan tanduk milikku. Mereka pasti iri. Tapi tanduk semacam ini cuma ada satu di dunia," ujar Ruso sambil mengangkat tanduknya tinggi-tinggi.

Saat itu, dari jarak jauh di tepi padang rumput, seorang pemburu menyaksikan polah Russo. Lelaki itu mengendap-endap sambil bersembunyi di balik ilalang yang tinggi. Tak ada satu pun binatang mengetahui yang kedatangan pemburu itu, kecuali seekor elang-bondol yang sedang bertengger di dahan Pinus.

Pemburu itu menyiapkan senapannya. Dia ingin menjual tanduk milik Ruso yang bersinar kekuningan itu. Pemburu itu lekas membidik posisi Ruso yang tengah berdiri di atas gundukan.

Melihat posisi Ruso dalam keadaan bahaya, Bondol -si elang -seketika melesat mengepakkan sayapnya. Bondol berniat mengganggu konsentrasi Pemburu. Gerakan si Bondol sedemikian cepat sehingga Pemburu jahat yang tengah membidik Ruso itu tidak menyadarinya. Bondol bergerak cepat seperti angin. Cakar Bondol terbuka. Wuttt !! Dhuarr !!

Ledakan peluru memekakkan telinga. Seisi padang rumput berlari lintang pukang. Peluru yang dimuntahkan moncong senapan -melesat sejengkal di atas kepala Ruso.

"lari Ruso !! Lariiii !! Pemburu itu membidikmu !!!" teriak Bondol yang berhasil mencengkeram topi Pemburu menggunakan cakarnya. Pemburu itu kaget hingga bidikannya meleset.

Ruso berlari sekencangnya di tengah padang, namun Pemburu itu membidiknya lagi. Dhuarr !!! Dhuarr !! Ruso tak punya pilihan hingga menyelamatkan diri memasuki hutan lebat.

Pemburu jahat itu terus mengejar Ruso yang memasuki kelebatan hutan. Pemburu itu tidak tertarik dengan binatang lain. Tanduk Ruso yang mengkilat kekuningan terlihat jelas di kejauhan. Pemburu itu mengikuti jejak kaki Ruso yang nampak jelas di tanah.

"lari, Ruso !! Lari yang jauhh !" teriak rusa-rusa yang lain.
"tolong .. Tolong .. Cepat kalian tolonglah aku .." iba Ruso terengah-engah.
"cepat, Ruso. Pemburu itu mendekat !!" teriak Monyi -si monyet yang mengawasi di atas pohon. Monyet itu merasa kasihan dengan Ruso yang malang.

Ruso bergegas lari kembali. Tubuhnya lelah. Nafasnya sudah hampir habis. Ruso yang kehabisan tenaga sudah tak punya cara meloloskan diri dari pemburu jahat.

"Ruso ..  sini, Ruso .. Masuklah kesini, ke dalam goa," tiba-tiba terdengar teriakan dari arah samping.
Ruso terbelalak, mencari-cari asal suara.
"ayo, Ruso. Cepatlah Kemari !!" teriak Londi -seekor landak coklat berduri runcing, sambil menyibak dahan sesemakan.

Ruso tak punya pilihan. Dia bergegas menuju Londi sebelum pemburu berhasil menyusulnya. Londi dan Ruso berlari masuk ke dalam goa yang luas.

"Tolonglah aku, Londi .. Tolong .. Aku .. Aku dikejar pemburu," Ruso terengah-engah.
"aku tahu penyebabnya, Ruso. Pemburu itu menginginkan tandukmu. Kau harus melepas tanduk itu,"
"tidak, aku tidak mau. Tandukku adalah tanduk terindah di dunia,"
"justru itu pemburu jahat mengejarmu. Sesuatu yang paling berharga terkadang membahayakan pemiliknya,"
"terus aku harus bagaimana, Londi ?"
"kau harus menanggalkannya, melepasnya,"
"tapi bagaimana bisa ? Tandukku ini menempel di kepalaku, Londi," Ruso menangis, sesaat menyesal memiliki tanduk terindah di dunia. Londi merasa iba dengan Ruso yang malang.
"kau harus ikhlas melepas tandukmu, Ruso. Ini demi keselamatanmu. Aku punya cara .."
"bagaimana, Londi, bagaimana ?" Ruso tak sabar.
"larilah sekencang mungkin, hantamkan tandukmu di dinding goa. Aku yakin tandukmu pasti patah, kepalamu yang keras itu tak mungkin terluka, nanti -"
"baiklah, aku akan melakukannya, Londi," potong Ruso cepat-cepat.
Ruso kemudian mengambil ancang-ancang, menggeram kuat-kuat. Tatap matanya mengarah lurus ke dinding goa.
"hati-hati, Ruso," teriak Londi khawatir.
Ruso kemudian berlari sekencangnya. Kuku-kakinya beradu kuat di lantai tanah. Ruso kian cepat berlari. Sampai akhirnya - Bruakk !!
Tanduk Ruso menghantam kuat-kuat di dinding batu. Ruso terhuyung. Rusa jantan itu limbung dan terjatuh. Tiba-tiba tanduk Ruso yang kuning keemasan itu patah dan terlepas dari kepalanya.
"berhasil, Londi berhasil !!" teriak Ruso kegirangan.
"kamu tak apa-apa, Ruso ?" Londi bertanya khawatir
"tidak apa-apa, Londi. Aku tak apa-apa. Mulai sekarang aku berjanji tidak akan sombong dengan semua yang kumiliki, tandukku yang indah itu ternyata membawa bahaya. Aku tidak ingin punya tanduk lagi,"
"kau jangan bicara seperti itu, Ruso. Tandukmu pasti akan tumbuh lagi. Nanti jika tandukmu tumbuh, biar teman-teman rusamu yang melumurinya dengan tanah. Semua binatang disini sayang padamu, Ruso,"
"iya, Londi. Terima kasih. Aku menyesal telah berlaku sombong. Aku harus meminta maaf kepada mereka. Sekarang, bagaimana aku bisa lepas dari pemburu jahat itu ?"
"tenanglah, Ruso. Kau bersembunyilah disana, di ujung goa yang gelap. Biar aku meletakkan tandukmu yang patah di luar sana. Setelah pemburu jahat menemukan tandukmu, dia pasti lekas pergi,"

Ruso mengikuti kata-kata Londi bersembunyi di ujung goa. Sementara Londi, landak yang baik hati itu menggigit tanduk Ruso dan menariknya keluar dari goa, meletakkannya di sebuah tempat lapang agar pemburu jahat itu menemukannya.

Cericit jalak hutan bersahut-sahutan. Sesaat ketika pemburu mendekat, burung-burung itu lekas terbang menghindar. Sementara Monyi- si monyet, mengamati dari balik pohon Rasamala. Sementara Bondol - si elang, mengamati dari pucuk pohon tertinggi.
"semua sudah aman. Pemburu itu pasti pergi," ujar si Bondol dengan nafas lega.


***

Posting Komentar

 
Top