0
 

Padang rumput Kuvuki, di tengah musim kemarau dipenuhi rumput-rumput kering berwarna coklat tua. Di tempat itu tinggal ribuan hewan herbivora semacam zebra, jerapah, kijang, dan dari jenis karnivora semacam singa dan macan tutul. Semua hewan hidup dengan tenang.

Tersebutlah sekawanan Jerapah hidup di padang yang kering itu. Jerapah-jerapah tinggal berkelompok. Induk-induk jerapah membesarkan anaknya penuh kasih sayang. Membiarkan anak-anak mereka bermain berkejaran, atau pun berlomba memakan pucuk-pucuk daun muda sembari menjulurkan lehernya yang jangkung. Kesemua Anak-anak jerapah itu  melakukannya dengan riang. Kecuali seekor anak jerapah, ya, kecuali seekor anak jerapah berleher pendek. Anak jerapah yang murung itu memilih berteduh di bawah pohon Plum. Joli namanya.
"Joli, cepat kemari. Ini ada pucuk daun yang rendah. Kau pasti bisa meraihnya," goda si Jajang, jerapah yang paling jangkung.
"percuma kau ajak Joli. Lehernya itu tak cukup panjang," tukas si Gesit, anak jerapah yang paling cepat larinya.
"kalau begitu, biarlah dia memakan rumput seperti rusa," timpal Jajang.
"oh, tidak-tidak. Joli tidak seperti rusa. Rusa itu kulitnya coklat. Joli lebih mirip Zebra dari pada Jerapah. Kulitnya sama-sama belang. Lehernya sama-sama pendek. Hahaha !"
Olok-olokan si Gesit membuat Joli nyaris menangis. Dalam hati, dia tak rela disamakan dengan Zebra. Apalagi olok-olokan si Gesit kepadanya -disambut tawa renyah anak-anak Jerapah lainnya.

Hari demi hari berlangsung seperti biasa. Matahari terus bergerak memanjati dan menuruni langit. Setiap hari Joli mendapati teman-temannya terus mengejek lehernya yang pendek, sementara leher teman-temannya terus memanjang dan jangkung. Sampai suatu hari, Joli teramat sedih. Anak jerapah berleher pendek itu pulang dari padang rumput sambil menangis.
"ada apa, Joli ? ada apa anakku ?" tanya Ibunda Joli, khawatir.
Dengan sesenggukan, Joli berkata, "Joli sedih, Ibu. Kawan-kawan selalu mengejekku seperti zebra. Leherku memang pendek, mulutku tak bisa menjangkau daun-daun muda di pucuk pohon," ujar Joli, menangis.
Ibunda Joli kemudian membelai Joli menggunakan lehernya.
"percayalah, Joli. Kamu anak ibu yang istimewa. Tuhan menjadikan lehermu pendek bukannya tanpa maksud, ada tujuan mulia di balik itu," ujar Ibunda Joli, menenangkan.
Sementara Joli masih tetap bersedih. Dia belum bisa mencerna kata-kata Ibundanya.
Hari-hari selanjutnya, Joli tetap menyendiri dan jauh dari keriangan teman-temannya. Sampai suatu hari, datanglah peristiwa mengejutkan. Sekelompok pemburu binatang menyerbu padang rumput dengan membawa truk-truk besar berjumlah banyak. Manusia-manusia jahat itu menangkapi para jerapah untuk dijadikan sirkus.

Seluruh kawanan jerapah tertangkap dan diangkut ke dalam truk. Tetapi para pemburu itu melewatkan sesuatu. Ya. Pemburu itu tidak sadar jika ada satu jerapah yang terlewat, yaitu jerapah berleher pendek yang mereka kira seekor Zebra.

Joli kemudian bersembunyi di balik semak-semak untuk sementara. Dia mencari cara membebaskan Ibunya beserta seluruh sekawanan Zebra.

"aku harus membebaskan mereka," ujar Joli, berpikir keras mencari cara.

Truk-truk itu kemudian berjalan dengan kecepatan tinggi meninggalkan padang rumput Kuvuki. Joli mengikuti truk-truk itu sambil berlari. Joli tak mempedulikan lelah pada kakinya. Joli bersikap pantang menyerah demi membebaskan Ibunya beserta seluruh kawanan Jerapah, juga termasuk di dalamnya si Jajang dan si Gesit yang selalu mengoloknya.
Truk-truk itu kemudian berhenti ketika matahari mulai tenggelam. Para pemburu itu memilih bermalam sebab perjalanan ke kota masih teramat jauh.

Joli memilih menunggu. Ya. Dia menunggu ketika para pemburu lelap tertidur. Di saat seluruh pemburu tertidur kelelahan, Joli melangkah mengendap-endap menuju truk-truk pengangkut.

"ibu .. Ibu .. Apa ibuku disini ?" bisik Joli, lirih.
"siapa itu ? Siapa itu ?" gumam para jerapah.
"ssttt.. Kalian tenanglah. Aku Joli. Kumohon jangan berisik."
"Joli, anakku, ibu disini, Nak. Ibu baik-baik saja," bisik ibunda Joli.
"Ibu, aku akan membebaskanmu beserta semua jerapah. Tapi, nantinya mereka harus mengikuti rencanaku dan aba-abaku,"
Seluruh jerapah manggut-manggut mendengar kata-kata Joli.
"setelah mendengar aba-abaku, cepatlah keluar dari truk. masing-masing kita harus berlari berpencar ke segala arah, agar pemburu itu kebingungan menangkap kita. Mereka pasti gagal jika ingin menangkap kita sendiri-sendiri."

Setelah seisi truk memahami rencananya, Joli membuka engsel bak truk menggunakan mulutnya. Joli kemudian beralih menuju truk yang lain. Setelah semua engsel bak truk berhasil dibuka seluruh jerapah menunggu aba-aba Joli.
  
Malam hari, suasana padang rumput Kuvuki teramat sepi. Terdengar lolongan Hyna bersahut-sahutan di kejauhan. Tiba-tiba

"Lariii !!! Larilah kesemua araaah !!!"
Teriakan Joli disambut seketika keseluruhan Jerapah. Mereka melompat, menerjang, dan berlari secepat mungkin ke segala penjuru.

Joli ikut berlari. Dia melihat ibunya dan bergegas mengikutinya.
"ibu !! Ibu !!" teriak Joli, sambil berlari. Ibunda Joli mendengar teriakan anak kesayangannya dan memperlambat langkah larinya.
"Joli, Anakku. Ibu sangat bangga padamu," teriak Ibunda Joli sambil membelai Joli yang berhasil menyusulnya.
"ayo berlari terus, Joli !! Berlari sekuatmu !!" Ibunda Joli menyemangati.
"lihatlah, Joli. Lihatlah apa yang kamu perbuat. Sekarang ini Tuhan menampakkan maksud dan tujuanNya yang mulia," Ujar Ibunda Joli sambil berlari.
"apa maksud ibu ?"
"Lehermu yang pendek itu menyelamatkan kita, Joli. Itu bukan kekurangan. Tapi keistimewaan. Percayalah, Joli. Dibalik penciptaan Tuhan, pasti ada maksud dan tujuan yang mulia,"

Keseluruhan jerapah akhirnya berhasil dibebaskan oleh Joli. Selepas berlari berpencar sejauh-jauhnya, sebulan kemudian mereka kembali berkumpul di padang Kuvuki tempat mereka tertangkap sebelumnya. Tetapi setelah itu mereka memilih berpindah setiap hari. Mereka melakukan itu agar terhindar dari penangkapan pemburu.

Dan setelah itu,
Joli dianggap pahlawan oleh mereka. Leher jerapah yang pendek dianggap sebagai anugerah Tuhan yang istimewa.

ditulis oleh : Emil WE
(Diselesaikan di Tol Gempol-Waru, 14 Agustus 14) 


Posting Komentar

 
Top