0


Mungkin inilah,
Yang dicari dari jiwa dengan semangat berkibar

menjalankan –menyapakan,

cemara dan sinar matahari
yang menyentuhi atau tak menyentuhi
dasar-dasar jurangmu, Arcopodo.

Gigir-gigir pasir dan bukit yang menggetar,
Nyali manusia mengenali diri dan Tuhannya.

Jejak-jejak seperti tapak,
Yang terukir dari padang Kalimati hingga Atap Tanah Jawa.

Dan menyesakkan cinta,
Seperti tempat bersemayamnya sukma-sukma pendaki yang tak letih –
menyapamu, Arcopodo.

Seperti ukiran nama-nama yang terpaku –dingin –dan beku,
yang tak lelah menemanimu, Arcopodo.

Dan tebing-tebing yang menyerpih di sela sinar matahari yang tenggelam itu,
Aku rindu, Arcopodo.

Seperti rindunya menyaksi awan berurai-urai
menutupi wajah bumimu, Arcopodo.

Debu-debu beserta puncak Mahameru
Menyapamu –selalu.

Bersama nama para pendaki yang terpaku –dingin –dan beku,
Setia menemanimu, Arcopodo.

Bersama semangat yang masih tertinggal dan takkan hilang ketika :
Jalan menuju surga tak pernah menemukan jalan keluarmu, Arcopodo.

Semoga,
Jiwa dan nama mereka teduh dan damai di punggungmu, Arcopodo.

Dan lepaslah mereka,
Untuk bertahta di genggam sinar matahari kala tenggelam –
di pelukmu, Arcopodo.


“Mengenang pendaki Mahameru yang tak pernah kembali pulang,
Pintu Puncak Mahameru “
Areal camp Arcopodo, 3100 m DPL
17/08/2006 08.00

Posting Komentar

 
Top