0


CHAPTER I :  MENDAKI

Di kelebatan hutan pegunungan Arjuno-Welirang. Musim penghujan baru seminggu berlalu. Tanah dan batu gunung masih basah. Rerumputan, perdu, dan ilalang liar tak menyisakan sedikitpun ruang kosong.

Angin bertiup tak kasar. Jutaan pinus-cemara yang terserak mengelilingi bukit –tenang tak terusik. Sinar matahari menerobos dedaunan, menerangi sepasang pendaki yangberjuang menerobos jalur pendakian. Jalur itu dipenuhi tumbangan pohon. Ransel yang penuh sesak membuat langkah mereka tertatih-tatih. tiba-tiba –

Dagg ! kraaakk !!
“aduh !”,  “awas, Din !” Kraaakk Krsaaaakk !! Brrgghhhgg
“aduh ..  aduhh,”
“Dita ! Dita !”

Kaki Dita tersangkut ranting. Dita terpelanting dan terguling. Rheno berlari menolong Dita yang merintih-rintih kesakitan. Rheno melepasransel Dita, dipeluknya perempuan itu.
“kamu nggak apa-apa, Sayang ? kamu nggak apa-apa ?” Rheno mengucap gugup

”kaki .. kaki kananku .. sakit, Rhen ..sakit di pergelangan .. nyerii ..
bangeettt ..

Rheno cepat-cepat membuka sepatu Dita. Ujung celana Dita disingkap sedikit ke atas. Dilihatnya warna merah berbentuk bulan sabit melingkar di pergelangan kaki.
“sakit ?” Rheno menekan pelan, mengusap lembut. Dita mengangguk sambil menahan sakit, menggigit bibir.
Rheno mengeluarkan obat-obatan dari ransel.
“kita kembali ke basecamp. Rencana ke puncak kita batalkan saja,” kata Rheno sambil mengusap salep pereda nyeri. Rheno memandang lembut.
“tanggung, Rhen. Sebentar lagi nyampe puncak. Jauh-jauh dari Jakarta masa cuman segini,”
“ke puncaknya masih lama, kemungkinan masih empat jam,”
“ kalo Cuma empat jam, aku masih kuat, kakiku nggak apa-apa,” Dita menapak-napakkan kaki, menggerakkannya.
“nah, tuh, nggak apa-apa, kan ? lukaku memar biasa, nggak keseleo atau retak,”
“sudahlah, kita turun. Aku nggak mau ambil resiko. Basecamp cuma  sejam dari sini,”
“bukannya ambil resiko, Rhen. Lagian aku masih kuat. Kakiku nggak apa-apa. Nih, lihat,” Dita kembali menapak-napakkan kaki kanannya. “ini cuma luka memar biasa,”
“kamu yakin ?” tanya Rheno memandang lembut Dita
“He-em, yakin. seribu persen,” Dita mengangguk manja, namun Rheno tetap khawatir.
“keputusanku, kita kembali ke basecamp. Kamu harus istirahat, sampai kakimu benar-benar pulih,”
“yaahhhh ..”
Keputusan Rheno membuat Dita kecewa. Tetapi suara hati mengatakan jika Rheno berbuat demikian semata-mata ingin menjaga dirinya, dan hal ini membuatnya bangga.
“baiklah, kita turun. Tapi kita harus tetap ke puncak,” Dita memandang Rheno penuh harap
“ya, aku janji,” ujar Rheno mantap. Tangannya kemudian membimbing Dita bangkit.
Meski sedikit tertatih, Dita membuktikan kata-katanya, Dita mampu melangkah dengan baik, luka di kakinya hanya memar biasa.
Dita dan Rheno kemudian menuruni jalur pendakian menuju basecamp terakhir, berupa tanah lapang yang dikelilingi kelebatan bukit cemara. Puluhan gubug-gubug yang terbuat dari ilalang tersebar di tempat itu.  Bangunan-bangunan sederhana itu menjadi tempat penambang belerang beristirahat setelah mengumpulkan bongkahan belerang dari kawah gunung.
Di hamparan basecamp yang tak rata itu terdapat puluhan batu gunung seukuran badan kerbau yang menancap bertonjolan. Tanah lapang yang cenderung miring, berukuran empat kali lapangan bola, dipagari ribuan pinus cemara. Sebuah mata air memancar di hulu sungai kecil yang berada di pinggir utara. Nantinya hulu mata air itu meliuk semakin panjang, menuruni bebukitan dan menjelma menjadi sungai curam berair deras.
Sementara udara dingin mencekat, angin bertiup sedikit kasar. Pucuk-pucuk cemara dan pinus bergoyang anggun membunyikan desis-desis angin. Diantara dahan pohon cemara, sekawanan burung jalak hitam berkelincatan melompat-melompat.
Dita duduk meluruskan kaki sembari menyandarkan punggung di batu besar. Sementara Rheno,  lelaki itu membuka ransel. Rheno mengambil kopi dan kompor gas yang akan diseduhnya menjadi minuman penghangat.

Dita bersyukur kakinya tak mengalami cidera berarti. Impian menaklukkan 7 puncak tertinggi di pulau jawa harus tetap berlanjut. Pegunungan Arjuno-Welirang memiliki deretan puncak-puncak yang tinggi. PuncakArjuna dengan ketinggian 3339 mdpl, Puncak Welirang dengan ketinggian 3100Mdpl, kawasan pegunungan ini dikenal memiliki jalur pendakian yang panjang dan melelahkan.Menembus rimba pekat, mendaki keterjalan bukit berbatu, jurang dan tebing yang menghadang, dan meskipun terdapat banyak jalur pendakian menuju puncak, Rheno dan Dita memilih mendaki dari sisi utara sisi yang paling sering didaki pendaki luar kota.

Posting Komentar

 
Top