0


Jika seluruh penduduk hutan Gungliwangliwung ditanya, siapakah hewan yang paling pandai bercerita di seantero hutan, mereka pasti menjawab, Momon - Si Monyet.
Kegemaran bercerita Momon telah memikat banyak hewan. Biasanya, hewan-hewan akan berkerumun di bawah pohon Rasamala -tempat tinggal Si Momon -untuk menikmati cerita yang dikarang si Momon. Biasanya sehabis sore mereka berkerumun. Itu pun hewan-hewan itu mesti sabar menunggu, sebab sebelum bercerita, si Momon selalu melakukan aktivitasnya bergelantungan sambil berteriak-teriak. Hal ini seringkali membuat para hewan tidak sabar.
"ayolah, Momon !! Cepat bercerita !! Jangan bergelantungan teruuss !!" desak si Kancil dari bawah pohon.
"iya, nih, Mon. Sudah tak sabar. Apa dirimu tidak kasihan dengan kami ? Sudah lama menunggu, nih," pinta si Kerbau.
Puluhan hewan sudah bergerombol. Ada macan tutul, rusa, tapir, gajah. Banyak pula dari bangsa burung dan serangga. Mereka bertengger di dahan-dahan atau menempel di dedaunan. Mereka meminta Momon segera bercerita.
Menyaksikan seluruh hewan sudah tak sabar ingin mendengar ceritanya, Momon si Monyet menyudahi kegemarannya bergelantungan. Dia segera mencari dahan yang nyaman untuk duduk bersandar di pangkalnya. Sambil mengayun kaki dan ekornya, mulailah si Momon bercerita.
Momon mampu bercerita dari ujung barat hutan hingga ke ujung timur. Momon mampu bercerita tentang segala hal yang tidak pernah dibayangkan hewan-hewan seisi hutan. Gaya Momon bertutur teramat memikat. Seluruh hewan seperti kena sihir. Tidak ada yang bersuara selain si Momon. Tetapi ada kalanya mereka terbawa suasana hingga mampu tertawa, menangis, atau berteriak histeris. Biasanya selepas si Momon bercerita, maka seluruh hewan akan bertepuk tangan sambil berdiri. Si Momon pun merasa bahagia melihat kawan-kawannya puas. Momon merasa dihargai.
Kebiasaan seperti ini terus berulang setiap sore. Hewan-hewan yang berkerumun di bawah kerindangan Rasamala semakin banyak. Mereka tidak pernah absen menikmati buaian cerita Momon.
Sampai suatu sore, para hewan lupa jika mereka diwajibkan berkumpul di lapangan oleh Raja Hutan Singamenggala. Raja Hutan itu marah mendapati sedikit rakyatnya yang hadir. Hanya tiga ekor hewan.
"hoiii !! Kemana semua penduduk hutan !!! Mengapa semua hewan tiba-tiba jadi pembangkang !! Apa mereka sudah tidak menghargai Raja Singamenggala - Singa perkasa yang terkuat di hutan ini !!" teriak Raja SingamenggaLa, murka.
"Am .. Ampun, Paduka Raja." ucap si Trenggiling dengan kaki bergetar.
"Hoi, Trenggiling. Kemana semua penduduk hutan !"
"mereka .. Mereka ke tempat Momon Si Monyet,"
"apa ??!! Jadi mereka lebih mementingkan Momon daripada aku ?!! Untuk apa mereka disan ?!"
"untuk mendengar cerita, Paduka Yang Mulia." jawab si Luwak, sambil menunduk ketakutan.
"iya, Paduka. Seluruh penduduk hutan datang ke rumah Momon untuk mendengar cerita. Si Momon pandai sekali bercerita, Yang Mulia. Sampai-sampai seluruh hewan dibuat ketagihan." sambung si Landak
Raja Singamenggala geleng-geleng kepala. Bingung dengan polah rakyatnya. Maka, segera raja hutan yang perkasa itu pergi ke rumah Momon si Monyet dengan membawa tentaranya. Raja Singamenggala berniat menangkap Momon si Monyet. Setibanya Sang Raja di bawah pohon Rasamala, seluruh hewan ketakutan. Mereka merasa bersalah dan takut akan hukuman. Tetapi Momon si monyet tidak. Momon bersikap tenang.

"am .. Ampuni kami, Paduka. Kami sudah lalai dengan perintah Paduka Raja." Macan Tutul mewakili seluruh hewan meminta maaf.
Suasana hening sejenak. Tidak ada yang berani bersuara. Seluruh hewan menunduk.
"hmmm. Kalian memang bersalah. Tapi yang lebih bersalah yaitu Momon !!" teriak Raja Singamenggala sambil menunjuk Momon yang tengah menggelantung di pohon.
Sementara itu, diam-diam para tentara menyiapkan jaring untuk menangkap si Momon.
"karena Momon sudah menyebabkan perintahku dilanggar. Maka dia yang akan kuhukum paling berat," Raja Singamenggala menatap Momon tanpa berkedip."Tentara !! tangkap dia !!"
"baik, Paduka !!"
Seketika tentara Raja Singamenggala melempar jaring ke atas pohon. Momon tidak mampu menghindar. Momon pun tertangkap dan dibawa ke Istana.
Momon yang merasa tidak bersalah meminta keadilan kepada Raja Singamenggala. Seluruh hewan juga memintakan ampunan untuk Si Momon. Menyaksikan kesungguhan rakyat Gungliwangliwung terhadap kelangsungan nasib si Momon, akhirnya Raja Singamenggala mengeluarkan titahnya.
"Wahai Rakyat Gungliwangliwung yang aku cintai. Sebelum ini kalian sudah berbuat salah dengan meremehkanku sebagai raja. Tetapi kalian sudah meminta maaf, maka aku maafkan.” Raja Singamenggala menarik nafas panjang. Seluruh penghuni kerajaan Gungliwangliwung bernafas lega.
“Tetapi jangan kalian lega dulu. Pengampunanku ini tidak berlaku untuk Momon si Monyet, aku belum membebaskannya. Dia masih harus menjalani hukuman di penjara atas kelakuannya.”
“Ampuni kami, Paduka. Ampuni kami. Mohon Paduka Raja jangan hukum si Momon. Sebab si Momon hanya melakukan apa yang kami minta. Dia memang pandai bercerita yang Mulia.” si Tapir angkat bicara.
“Iya, Yang Mulia. Ampuni si Momon ..” pinta seluruh hewan bersamaan. Suasana gaduh sejenak. Raja Singamenggala kemudian berdiri. Suasana kerajaan mendadak hening.
“Hmmm ..   kalau memang si Momon memiliki kehebatan bercerita seperti yang kalian ucapkan, maka aku akan menguji si Momon. Apabila dia lolos ujianku, dia akan kubebaskan. Namun apabila si Momon gagal, kalian semua bersama si Momon akan kuhukum. Keputusanku ini sudah bulat dan tidak bisa ditawar lagi.”
Hebohlah seluruh hewan mendengar keputusan Raja Singamenggala. Mereka khawatir dengan hukuman apabila si Momon gagal menjalankan ujian Raja Singamenggala. Tetapi keputusan Sang Raja sudah bulat. Tidak bisa diganggu gugat.
“Ampuni saya, Yang Mulia Raja Singamenggala yang perkasa.” Momon Si Monyet tiba-tiba menyeletuk dari dalam jaring.
“Gerangan ujian apakah yang akan dibebankan kepada saya ? saya siap melaksanakan.” Momon berujar dengan tenang.
“Hmmm .. Momon !! kau akan kuuji untuk bercerita. Untuk membuktikan kehebatanmu.”
“Cuma bercerita, Yang Mulia ?” Momon memastikan
“Ya, Cuma bercerita,” Raja Singamenggala manggut-manggut. Seluruh hewan bergembira sebab mereka yakin si Momon mampu bercerita dengan sangat menarik.
“Tetapi cerita yang kuminta bukanlah cerita sembarangan. Kau harus bercerita sangaaat panjang. Kau harus mampu bercerita sampai seluruh hewan yang hadir disini kecapaian mendengar ceritamu, termasuk aku. Kalau perlu berceritalah sampai mulutmu copot. Hehehe ..” Raja Singamenggala tertawa puas. Dia yakin Momon si Monyet gagal dalam ujiannya.
Seluruh hewan kembali gelisah. Alamat mereka bakal dihukum sang Raja. Mereka menumpu harapan kepada si Momon. Raja Singamenggala kemudian memerintahkan tentaranya untuk mengeluarkan Momon dari dalam jaring. Si Momon kemudian duduk bersila di tengah kumpulan hewan-hewan.
“baiklah, Paduka Raja. Saya akan mulai bercerita. Tetapi bolehkah saya meminta hadiah apabila saya berhasil melaksanakan ujian ini ?”
“hmm .. boleh, Momon. Aku adalah Raja yang Bijaksana. Apa permintaanmu ?” tantang Sang Raja.
“Apabila nanti saya berhasil melewati ujian, tolong Paduka Raja membangun sebuah panggung di alun-alun kerajaan agar cerita saya bisa dinikmati seluruh hewan dengan nyaman. Tidak seperti sekarang, Yang Mulia. Mereka berkumpul di bawah pohon. Rumah saya jadi berisik dan tidak nyaman,” pinta si Momon.
“Baiklah, Momon. Aku akan turuti permintaanmu. Sekarang, kau akan bercerita apa ?” Tanya Raja Singamenggala.
“saya akan bercerita seekor semut,”
“apa ? seekor semut ? Kau bisa bercerita panjang lebar hanya dengan seekor semut ?” Raja Singamenggala mengerutkan alis.
“Iya. Hanya seekor semut, Paduka Raja.” Momon tersenyum tenang.
“bukan cerita dari ujung hutan barat sampai ujung timur ?” Raja Singamenggala memastikan.
“tidak, Paduka”
“bukan cerita hidup Nabi Sulaiman –Sang penguasa manusia, hewan, dan angin ? cerita itu pasti sangat panjang.”
“bukan, Yang Mulia. Saya hanya akan bercerita tentang seekor semut. Tidak yang lain.” si Momon manggut-manggut sambil tersenyum.
“Hmm .. baiklah-baiklah. Tetapi kalau cerita itu tidak panjang. Dirimu dan seluruh hewan akan kuhukum.” gertak Sang Raja.
Suasana tiba-tiba hening mendengar gertakan Sang Raja. Seluruh hewan menumpukan harapan kepadan Momon. Namun Momon tetap tenang. Momon menarik nafas panjang sebelum memulai ceritanya.
“alkisah .. di sebuah Pohon Mahoni, terdapat sarang semut yang dihuni jutaan semut merah. Semut itu hidup rukun sebagai satu kesatuan bangsa yang tidak terpecah belah. Dari sekian juta semut itu –terdapat seekor semut bernama Mumut dengan hobi yang aneh. Mumut suka mondar-mandir dari satu cabang pohon ke cabang lain.” Momon berhenti sejenak, mengambil nafas. Raja Singamenggala mendengarkan dengan seksama. Momon melanjutkan ceritanya,
“suatu hari si Mumut berjalan mondar-mandir. Tetapi kakinya terpeleset. Si Mumut jatuh ke tanah. Mumut kemudian naik pohon lagi. Tetapi kemudian jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi …”
Raja Singamenggala mengernyit mendengar cara bercerita si Momon. Si Momon terus mengulang-ulang bagian cerita si Mumut yang naik lagi dan jatuh lagi sehingga membuat ceritanya membosankan.
Si Momon terus mengulang kata-katanya. Dari pagi sampai siang, diteruskan hingga sore.
 “Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi …” si Momon terus mengucap kata-kata yang sama.
Hewan-hewan bosan mendengar cerita si Momon. Sang Kuda mulai pergi. Tapir ketiduran. Macan tutul telinganya kecapaian. Sebagian besar hewan yang hadir terkantuk-kantuk. Raja Singamenggala mengusap-usap telinganya dengan gusar.
“hentikan, Momon !!” teriak Raja Singamenggala.
““Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi. Naik lagi, jatuh lagi.” Si Momon terus bercerita.
“hentikan kataku !!” teriak Raja Singamenggala lebih keras. “cerita macam apa ini !! naik lagi, jatuh lagi !! naik lagi, jatuh lagi !! gatal telingaku mendengarnya !!” lanjut Sang Raja.
“Ampuni saya, Paduka. Bukankah Raja Singamenggala meminta saya bercerita sepanjang-panjangnya, bukan bercerita dengan menarik ?” Momon membela diri, “ini masih satu semut, Paduka. Saya belum menceritakan jutaan semut yang lain.” Si Momon tersenyum menang.
“baiklah-baiklah ! aku  menyerah kalah ! kau menang, Momon. Dirimu dan seluruh hewan yang lain akan kubebaskan daripada telingaku gatal mendengar cerita semut naik turun itu !!”
“terima kasih, Yang Mulia,” ujar Momon bergembira.
Mendengar kata-kata ampunan dari Sang Raja Singamenggala, seluruh hewan seketika terjaga. Mereka tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Hewan-hewan itu kemudian bersorak sorai, mereka memanggul Momon dan berkali-kali melemparkannya ke udara seperti pahlawan.
Seperti janji Raja Singamenggala sebelumnya, Raja kerajaan Gungliwangliwung yang perkasa itu kemudian membangun panggung di alun-alun untuk keperluan Momon bercerita. Raja Singamenggala turut hadir meresmikan. Raja itu kemudian turut mendengarkan Momon si Monyet bercerita.
Raja Singamenggala terharu, terkadang tertawa, sesekali meneteskan air mata terbawa suasana. Kini Raja Singamenggala pun sadar, seandainya ada hewan bertanya kepadanya perihal  hewan yang paling pandai bercerita, maka dia akan menjawab : Momon si Monyet.

Bangil - Surabaya 
4 September 2014
Emil WE    

Posting Komentar

 
Top