0

Lutung bernama si Tutung memiliki kebiasaan usil luar biasa. Hampir setiap hari si Tutung berbuat usil kepada hewan-hewan lain menggunakan kulit pisang. Memang benar si Tutung suka sekali buah pisang, tetapi, kulitnya itu yang seringkali dipakai si Tutung menjebak hewan-hewan lain agar terpeleset.
Pernah si Gajah terjengkang akibat ulah si Tutung. Binatang berbadan besar itu jatuh mendebum akibat kulit pisang yang sengaja diletakkan si tengah jalan. Si Gajah marah-marah sebab pantatnya sakit, tetapi, si Tutung malah tertawa terpingkal-pingkal di atas pohon. Si Gajah pun tidak bisa berbuat apa-apa, selain pergi dengan perasaan dongkol. 
Keusilan si Tutung tidak hanya memakan korban si Gajah. Macan tutul pernah terpeleset saat berlatih lari sehingga kakinya bengkak. Si Kancil jatuh menggelinding saat memanggul sekeranjang mentimun, sampai-sampai buah kesukaannya itu hancur berantakan. Pernah juga Si Tapir terjengkang jatuh saat berolah-raga di sore hari. Pendek kata, hampir sebagian besar hewan yang melintas di bawah pohon yang didiami Si Tutung, pernah menjadi korban keusilan si Tutung. 
Hari ini si Tutung memanen pisang dari tengah hutan. Sambil bergelantung bermalas malasan, dia menghabiskan pisang tiga tandan sekaligus. Sampah kulit pisang seketika dilempar sekenanya ke bawah pohon. Kebetulan hari ini ada lomba lari yang diikuti seluruh hewan berkaki empat.
"hehehe .. Aku sudah tahu hari ini ada lomba lari, dan aku punya rencana binatang-binatang itu .. Hmmm .. nyam-nyam-nyam .. Lezaatt," gumam si Tutung sambil mengunyah pisang.
"kali ini pasti lucu sekali. Mereka pasti terpeleset berbarengan. Gedebug !!! Hahaha !! " si Tutung tertawa lebar sambil membayangkan seluruh hewan peserta lomba terlepeset saling tindih.
"tapi .. Hmmm .. Sepertinya kulit pisangnya kurang banyak." Tutung mengernyit melihat ceceran kulit pisang di bawah pohonnya, "biar lebih seru, aku akan makan lagi tiga tandan, kulitnya aku sebar disana, hahaha," ujar si Tutung sambil menciumi buah pisang kegemarannya.

Sementara itu lomba lari sudah dimulai. Para hewan berkaki empat serentak mengeluarkan kemampuannya masing-masing. Si Kuda menghentakkan kakinya kuat-kuat. Si kancil melesat lincah. Sementara macan tutul melompat jauh-jauh. Ada juga hewan yang pingsan di tengah jalan. Si Kucing gendut pingsan kelelahan. Maklum, kucing gendut itu malas berolah-raga sehingga mudah capek saat berlari.
Sementara lintasan lomba lari berawal dari bukit batu di tengah hutan. Lintasan itu berlanjut menyisiri jurang dan lembah yang dipenuhi mawar gunung, kemudian berlanjut lagi menerobos hutan damar yang dihuni para lutung.

Sementara itu hewan-hewan terus mengerahkan kemampuannya masing-masing. Mereka berlari menyusuri lintasan lomba dengan penuh semangat. Si Macan Tutul untuk sementara berada di barisan terdepan. Posisinya berkejar-kejaran dengan si Kuda yang memang memiliki tenaga kuat. Hewan-hewan lain menyusul tak seberapa jauh. Si kancil dibuntuti rusa, si rusa diikuti si tapir, hewan-hewan kecil semacam musang, landak, berang-berang, dan puluhan hewan-hewan lainnya menyusul berkejar-kejaran. Hewan-hewan itu terus berlari tanpa kenal lelah. Jurang dan lembah pun terlewati, hingga pada akhirnya mereka sampai di gerbang hutan damar tempat tinggal si Tutung.
"nah ! Itu mereka !!" teriak si Tutung dengan gembira. Si Tutung melihat para hewan berlari lurus menuju kulit pisang yang telah disiapkannya.
"hayo ! Hayo !! Pasti jatuh ! Pasti jatuh !!" si Tutung mengamati dari atas pohon.
Macan tutul berlari lurus. si Kuda menyusul dua meter di belakang. Hingga sampailah mereka berdua di bawah pohon, kaki kedua hewan itu menginjak kulit pisang. Srrrttt !! Gedebug !! Macan tutul terpeleset menggelinding. Si Kuda turut terjengkang hingga keduanya bertindihan.

"hahaha !" si Tutung tertawa terpingkal-pingkal. Tutung tertawa hingga bergulingan, "lucu !! Lucu sekali !!" teriak Tutung

Sementara itu si Kancil, Rusa, Tapir, dan puluhan hewan-hewan lain tidak menyadari jika Macan tutul dan si Kuda jatuh akibat terpeleset kulit pisang. Mereka terus berlari sekencang mungkin dengan harapan mengambil alih posisi terdepan.
"aku yang akan menang !" teriak si Kancil
"bukan kamu, Cil ! Tetapi aku !!" pekik si Rusa.
Tiba-tiba tanpa mereka sadari, pijak kaki mereka terasa licin. Kancil dan Rusa limbung terjatuh.
"aduh aduh !!" teriak kancil menggelinding. Rusa pun mengalami hal yang sama. Kakinya terpeleset hingga jatuh bergulingan. Jatuhnya Kancil dan Rusa diikuti hewan-hewan lain. Seluruh peserta lomba lari jatuh tersungkur bersamaan.
Si Tutung melompat-lompat kegirangan. Dia merasa usahanya berhasil dengan sempurna. Akibat ulah usil si Tutung itu, lomba lari dinyatakan gagal akibat tidak ada pemenang. Seluruh peserta lomba cidera kaki. Mereka marah dengan keusilan si Tutung yang sudah kelewatan. Maka, di minggu selanjutnya, hewan-hewan berkumpul mencari cara untuk memberi pelajaran si Tutung.
"kita harus menghukum si Tutung. Dia sudah membuat lomba lari jadi gagal," ujar Macan Tutul yang merasa seharusnya jadi juara.
"ya, Si Tutung memang kelewatan. Keusilannya tidak boleh dibiarkan. Kalau perlu kita tangkap. Kita ikat sama-sama," si Kuda jengkel menjadi korban.
"ya, aku setuju dengan Kuda," si Rusa manggut-manggut.
"ya-ya. Kami setuju. Kita tangkap si Tutung. Kita ikat rame-rame !" Tapir, Luwak, Musang, urun bicara.
"tunggu ..tunggu .. Aku tidak setuju dengan kalian," potong si Kancil tiba-tiba.
"meskipun si Tutung sudah mengerjai kita, aku tidak setuju kita menyakiti si Tutung. Kita tidak boleh menaruh dendam," lanjut si Kancil. Seluruh hewan memperhatikan ucapan si Kancil.
"Kita boleh memberi pelajaran kepada si Tutung, tetapi tidak boleh menaruh dendam. Aku punya ide untuk itu. Dan aku yakin setelah ini, si Tutung pasti kapok berbuat usil," ujar si kancil.
"baiklah, Cil. Kamu adalah hewan yang terkenal cerdik. Kami percaya kepadamu." sahut Macan Tutul.
"sekarang, apa rencanamu, Cil ?" si Kuda penasaran.
Selanjutnya si Kancil memberitahu rencananya sembari berbisik-bisik. Seluruh hewan menyetujui rencana si Kancil. Mereka kemudian mempersiapkan seluruh rencana yang akan dilaksanakan dalam beberapa hari yang akan datang.
Keesokan pagi matahari terbit sangat cemerlang. Tak nampak awan menggelayut di langit. Pagi itu si Musang mengelilingi hutan damar sambil memukul gong.
Gung ! Gung ! Gung !
"pengumuman .. Pengumuman .. Besok akan diadakan lomba lari yang terbesar dalam sejarah. Barang siapa yang ingin ikut, dipersilakan mendaftar .. Ayo ayo !! Perserta kali ini jauh lebih banyak dari yang sebelumnya !!" teriak si Musang kencang-kencang.
Teriakan si Musang membuat Tutung tertarik.
"hei, Musang. Berhenti dulu !!" teriak Tutung sambil bergelantungan. "berarti besok ada lomba lari lagi ?" tanyanya penasaran.
"Iya. Lomba lari yang terbesar," jawab Musang.
"lewat sini ?"
"tentu saja lewat sini," si Musang pura-pura lugu.
"baiklah. Aku akan bersiap menyambutnya .. Hihihi." si Tutung tersenyum senang. Di kepalanya muncul rencana usil.
Musang yang pura-pura lugu kemudian meminta ijin melanjutkan perjalanannya mengumumkan rencana lomba lari ke seantero hutan.
si Tutung girang bukan kepalang. Dia ingin merancang keusilannya serapi mungkin. Si Tutung mengambil pisang, memakan sebanyak-banyaknya. Seperti biasa kulit pisang itu dilempar sekenanya di bawah pohon.
"kali ini aku butuh lebih banyak kulit pisang," gumam si Tutung sambil garuk-garuk kepala.
Si Tutung menghabiskan seluruh persediaan buah pisangnya. Si Tutung memakannya sampai kekenyangan. Tiba-tiba, saat dirinya memakan pisang terakhir. Tutung terkejut melihat kemunculan si Kancil, Luwak, dan Tapir. Ketiga hewan itu terlihat membicarakan persoalan serius. Si Tutung penasaran. Mereka seperti membicarakan rahasia besar.
"hoi !! Ada apa kalian bertiga di bawah sana !! " teriak si Tutung.
"aha si Tutung sahabatku. Kemarilah. Kau pasti menjadi hewan paling beruntung di muka bumi. Kami sedang membicarakan rahasia besar perihal buah kesenanganmu." Kancil bersuara.
"apa maksudmu, Cil ?" Tutung bergelantungan turun pohon. "apa buah pisang maksudmu ?" Tutung penasaran.
"Oh ya, tentu buah pisang. Tetapi kali ini buah pisang yang paling istimewa."
"istimewa apanya, Cil ?" si Tutung mengernyit.
"Ahai, Tutung. Kemarilah turun dari pohon. Aku akan memberitahumu. Aku takut semua lutung tahu dengan buah ini. Buahnya cuma satu. Nanti kalian malah berebut." teriak si Kancil
Setelah berpikir sebentar, Tutung tergiur. Tutung turun pohon menghampiri Kancil, Tapir, dan Luwak.
"Pisang istimewa seperti apa maksud kalian ?" Tutung penasaran.
"Begini, Tung. Apa kau belum pernah mendengar cerita jikalau pisang itu  adalah buah dari surga ?" pertanyaan si Tapir menguji, dan Si Tutung geleng-geleng kepala.
"Iya, Tung. Buah pisang itu adalah buah surga. Karena itu buah pisang tidak pernah diganggu ulat seperti buah yang lain. Tapi yang ini pisang surga yang asli, Tung. Yang lain cuma turunannya.  Konon, kelezatan satu buah pisang surga yang asli, mampu mengalahkan seluruh buah pisang yang ada di dunia. Termasuk buah pisang yang biasa kau habiskan itu," jelas Si Luwak.
"benarkah seperti itu, Wak ?" air liur si Tutung hampir menetes.
"benar kata si Luwak, Tung. Dirimu lutung paling beruntung karena mengetahui yang pertama kali." sambung si Kancil.
"begini, Tung. Pisang Surga yang asli ini berbuah setiap seratus tahun sekali. Warnanya kuning cerah, baunya harum. Letaknya ada di tengah hutan dikelilingi bunga mawar. Tetapi kamu mesti hati-hati, Tung.  Buah pisang itu dijaga kuda hitam bertanduk satu yang sakti. Kalau dia sampai memergokimu, kau jangan sampai memanjat pohon."
"kenapa tidak boleh memanjat ? Aku adalah hewan terpandai memanjat. Apa kuda itu bisa memanjat lebih cepat dari aku ?" si Tutung membanggakan kemampuannya.
"Eh, tunggu dulu, Tung. Kuda itu punya tanduk sakti yang mampu merobohkan pohon dengan sekali seruduk. Kau mau terjungkal dari atas pohon ?" sergah si Musang. Si Tutung ngeri membayangkan. Tetapi Tutung si Lutung tetap berfikir tentang pisang surga yang katanya paling lezat sedunia itu. Tidak ada lutung lain yang pantas mendapatkannya selain dia.
"hayo, tunjukkan padaku dimana pisang surga itu. Aku tidak peduli dengan kuda sakti. Dia pasti bisa kukalahkan," ujar si Tutung sesumbar.

Selanjutnya si Kancil menunjukkan lokasi yang sudah dipersiapkan untuk memberi pelajaran si Tutung. Bola mata si Tutung terbelalak menyaksikan buah pisang berwarna kuning sebesar kepalanya. Pisang yang ranum. Pisang yang membuat air liurnya menetes tak tertahan.
"dirimu pergilah sendiri, Tung. Aku takut diseruduk kuda sakti," kancil pura-pura ketakutan. Dia segera berlari menyingkir meninggalkan si Tutung.
Si Kancil kemudian bersembunyi di balik semak-semak. Dia lantas bersiul, memberi aba-aba si Kuda yang telah didandani hingga memiliki tanduk palsu.
"huh, dasar kancil penakut,"  ujar si Tutung tengok kanan-tengok kiri.
Si Tutung kemudian mengendap-endap. Langkah kakinya sigap. Dia mendekati pohon pisang dan memetik buahnya.
"waw ! Harum sekaliii .." ujar si Tutung menciumi buah pisang. Pisang itu sebelumnya telah diolesi bunga mawar oleh si Kuda.
Ketika si Tutung bergembira membayangkan kelezatan pisang surga, tiba-tiba si Kuda meringkik sekeras-kerasnya. Si Tutung terkejut sekali. Dia lekas berlari sekencang-kencangnya sambil menggembol pisang.
Si Kuda yang ahli berlari hampir mengejar si Tutung. Si Tutung hampir saja memanjat pohon andai saja tidak teringat pesan si kancil.
"tolooonggg !!" teriak si Tutung dengan nafas ngos-ngosan.
Si Tutung berlari menuju pohon damar yang menjadi rumahnya, tetapi dia tidak berani memanjat. Tiba-tiba,
SRRRRTTTT !! Gedebug !!
Si Tutung terpeleset kulit pisang yang sudah dia persiapkan. Pisang surga terlepas dari gembolannya. Si Tutung lantas bangkit lagi dan,
SRRRRTTTT !! Gedebug !! Si Tutung jatuh bangun yang kedua. Si Tutung terua mencoba bangkit, namun si Tutung terus jatuh bangun berulang-ulang.
"ampuuuunnn, Kuda Sakti !! Ampuuunnn !!! tolong aku jangan diserudukkk !!" pinta si Tutung yang akhirnya menyerah. Dia menangis membayangkan cula kuda sakti yang panjang dan runcing menyeruduk pantatnya. Si Kuda kemudian berhenti, meringkik sekencang-kencangnya.
"hai, Tutung !! Jika setelah hari ini dirimu masih berani membuang kulit pisang sembarangan !! Kau akan kuhukum dengan tanduk saktiku ini !! Kelakuan usilmu itu menyakiti banyak orang !! Paham !!"
"baik, Kuda Sakti .. Maafkan aku .. Aku kapokk .." ujar si Tutung sambil terus menangis.

Si Kuda kemudian pergi. Si Kancil datang dan menolong si Tutung.
"kau tidak apa-apa, Tung ?" si Kancil membantu Tutung berdiri.
"pantatku sakit, Cil."
"itulah kalau terpeleset kulit pisang, Tung, pantat kita sakit,"
"iya, Cil. Aku kapok mengerjai hewan-hewan lain. Aku minta maaf," ujar si Tutung.

***

9/9/2014

Posting Komentar

 
Top